BAHASA INDONESIA 1 (Proposal
Penelitian)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Judul Kreativitas
dengan Memanfaatkan Open Source Software sebagai Bisnis dalam Dunia Kerja
A. Latar Belakang
Di Indonesia OSS mulai banyak dilirik tidak hanya oleh
kalangan akademisi dan komunitas saja namun juga oleh kalangan bisnis dan
pemerintahan. OSS telah banyak membantu edukasi Indonesia melalui berbagai
aplikasi seperti ensiklopedia online Wikipedia, distro pendidikan Edubuntu, aplikasi
pendukung karya animasi Blender3D dan kamus online bahasa lokal Kardinal.
Keterlibatan OSS dalam edukasi telah menumbuhkan minat para pelajar dan
mahasiswa untuk berkarya juga. Ini dibuktikan oleh OSS lokal karya anak bangsa
seperti Kardinal, analisa statistik Zaitun TS, manajemen hotspot EasyHotspot
hingga permainan Nusantara Online (CHIP, 2009). Ini juga menunjukan bahwa
masyarakat telah siap berkarya OSS dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam dunia
bisnis OSS dipandang sebagai solusi penunjang bisnis rendah biaya. Salah satu
contoh perusahaan besar di Indonesia yang telah menerapkan OSS adalah PT Telkom
Indonesia (Indra Utoyo, 2009). OSS biasanya hanya digunakan untuk menggantikan
aplikasi propietary sehingga perusahaan tidak perlu menambah biaya tambahan
untuk lisensi aplikasi seperti mengganti Microsoft Office Suite dengan
OpenOffice dan Zimbra Desktop.
Pemerintah juga telah ikut berpartisipasi dalam Open Source
di Indonesia. Salah satunya adalah gerakan nasional Indonesia, Go Open Source!
(IGOS). Gerakan ini dideklarasikan pada tanggal 30 Juni 2004 oleh Kementerian
Negara Riset dan Teknologi, Departemen Komunikasi dan Informatika, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Departemen Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan
dan pengembangan perangkat lunak Open Source di Indonesia (www.wikipedia.org,
2009). Salah satu produknya yang cukup terkenal adalah IGOS Nusantara, sebuah
remastered distro linux berbahasa Indonesia.
Seiring dengan perkembangannya, baik jumlah pengguna maupun
pengembang Open Source di Indonesia terus bertambah sehingga dibentuklah sebuah
wadah yang menyatukan mereka yang disebut Asosiasi Open Source Indonesia
(AOSI). AOSI diresmikan tanggal 30 juni 2008 dengan sejumlah program untuk
mendorong pengembangan teknis dan bisnis Open Source Indonesia (www.aosi.or.id,
2010). Salah satu kegiatannya adalah Global Conference on Open Source (GCOS).
Menurut Ketua AOSI Betti Alisjahbana, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
menciptakan kolaborasi internasional antar kalangan pengguna Open Source.
Selain itu ada juga komunitas yang terbentuk seperti Komunitas Indonesia Open
Source atau KIOS (www.opensource.telkomspeedy.com) dan program global Sun
Microsystem.inc (www.sun.com, 2008) untuk mahasiswa di seluruh dunia yang
berminat di OSS yaitu Open Source University Meetup (OSUM). Menurut Community
Manager of OSUM Indonesia Alex Budiyanto (2009), di Indonesia sudah terdapat
ratusan universitas dan politeknik yang tergabung dalam program diskusi online
OSUM seperti Universitas Indonesia dan Universitas Gunadarma.
Dari berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan OSS di
atas, hampir semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu mensosialisasikan,
menjelaskan, membudayakan dan mewadahi OSS di Indonesia agar masayarakat
(segala kalangan) dapat menerima OSS dan memanfaatkannya. Memanfaatkan OSS
berarti memakai OSS untuk keperluan atau solusi pekerjaan (task) dan
memanfaatkan OSS dari segi nilai bisnis. Bisnis OSS bukan tidak mungkin dilakukan
dan ini yang akan digagaskan pada tulisan ini.
1.2 Perumusan
Masalah
Pembajakan
software yang semakin marak di Indonesia dan munculnya software open source
sebagai salah satu solusi alternatif untuk menguranginya merupakan sebuah hal
yang menarik untuk diteliti.
Adapun tujuan dan batasan rumusan masalah dalam penelitian
ini antara lain:
a. Menganalisa
persepsi mahasiswa terhadap pembajakan software.
b. Menganalisa pemahaman tentang software open source
c. Menganalisa motivasi dan kendala yang dihadapi dalam
menggunakan aplikasi open source.
1.3 Tujuan dan
Manfaat
Tujuan yang dapat diambil dari Penyusunan Proposal ini
adalah:
a.
Mengenal software open source
b.
Manfaat aplikasi open source
c.
Pengembangan open source aplikasi mendatang
BAB 2
LANDASAN
A. Hambatan untuk Open Source
Perjalanan OSS untuk terus menyebar agar dapat diterima dan
dimaksimalkan oleh masyarakat tentunya tidak selalu mulus. Menururt SPV of
Ingres Engineering Emma McGrattan (2010), terdapat setidaknya enam mitos yang
membuat OSS sulit diterima oleh pemakai (user) yaitu OSS Adalah Solusi Kelas
Dua, OSS Bukan untuk Aplikasi Kritis, OSS Tidak Memiliki Hak Kekayaan
Intelektual, OSS Tidak Menawarkan Dukungan Profesional, OSS Tidak Memiliki
Regulasi dan OSS Tidak Aman. Selain itu faktor-faktor teknis juga menyulitkan
pemakaian OSS seperti kompatibilitas data aplikasi. Namun hal tersebut sudah
mulai berkurang seiring dengan perkembangan teknologi Open Source yang pesat.
Kesulitan-kesulitan teknis baik itu pengoperasian atau pemeliharaan yang dulu
menjadi masalah kini sedikit demi sedikit teratasi berkat kontribusi komunitas
OSS untuk berbagai perbaikan seperti antar muka (interface), kompabilitas,
runtime performance dan sebagainya. Sementara menurut Stephen R. Walli (2005),
alasan kenapa orang tidak mau memakai OSS adalah
1. Khawatir
akan keadaan dukungan teknis (92%)
2. Kurangnya
pengetahuan akan solusi alternatif OSS (74%)
3. Kurangnya
pengetahuan mengenai nilai bisnis OSS (69%)
4. Ketidakjelasan
mengenai masalah hak cipta intelektual, lisensi dan legalitas OSS (65%)
5. Kurangnya
keahlian bagaimana migrasi dari sistem lama ke OSS (64%)
6. Kurangnya
keahlian untuk menginstal dan optimasi (56%)
7. Ada mitos
bahwa OSS kurang dalam hal fungsi dan fitur (54%)
Namun hambatan-hambatan tersebut tidak selalu hanya memberi
efek negatif karena dari merekalah peluang-peluang bisnis tercipta dan siap
dimanfaatkan. Pembahasan berikutnya akan membahas model-model bisnis yang
berkaitan dengan OSS baik yang telah ada maupun yang akan digagaskan.
B. MEMANFAATKAN PELUANG KERJA OPEN SOURCE
1. Model Bisnis yang Telah Diterapkan
Berikut ini adalah beberapa model bisnis yang telah
diterapkan dan berkembang dengan memanfaatkan OSS baik sebagai produk penjualan
atau pendukung bisnis,
Distributor
Model bisnis ini memanfaatkan kelebihan lisensi OSS yaitu
bebas untuk didistribusikan. Selama ini OSS tersebar luas melalui jaringan
internet dan siapa pun bisa mengunduhnya. Walaupun di Indonesia perkembangan
internet berlangsung pesat dan telah mencapai angka 25 juta pengguna
(www.internetworldstats.com, 2009), sebagian peminat OSS masih kesulitan dalam
mendapatkan produk yang mereka inginkan. Mengunduh distro linux yang rata-rata
berukuran besar (www.distrowatch.com) akan menjadi sangat sulit dan mahal.
Akhirnya beberapa komunitas seperti Gudang Linux (www.gudanglinux.com) dan
Juragan Kambing (www.juragan.kambing.ui.ac.id) menawarkan distribusi
distro-distro Linux dan aplikasi OSS lainnya. Konsumen akan dikenakan biaya
pengiriman dan biaya jasa lalu aplikasi yang dipesan akan dikirim melalui jasa
pengiriman dalam media keping disk (CD/DVD).
2. Jasa konsultasi
Salah satu masalah yang dihadapi oleh pengguna OSS di
Indonesia saat berkonsultasi dengan perusahaan penyedia adalah kurangnya
pemahaman akan bahasa asing. Oleh karena itu lahir model bisnis konsultasi yang
diterapkan oleh para konsultan OSS lokal. Peluang menjadi konsultan OSS sangat
terbuka. Dengan adanya ketersediaan kode sumber seorang konsultan dapat
melakukan analisis secara mendalam sehingga setiap orang dapat menekuninya
didukung dengan latar belakang pendidikan. Seorang Konsultan OSS akan diakui
bila telah memiliki sertifikasi sesuai dengan bidangnya.
3. Jasa pelatihan
Pelatihan untuk OSS sangat dibutuhkan. Dalam pelatihan
peserta akan dikenalkan kepada OSS yang akan dipelajari dan dijelaskan
kelebihan dan kekurangannya beserta solusi jika ada.
4. Jasa solusi
Model ini merupakan kombinasi dari jasa konsultasi dan
pelatihan ditambah jasa pemasangan dan penyediaan barang (aplikasi). Perusahaan
yang ingin bermigrasi ke OSS dapat memanfaatkan jasa ini. Seluruh pekerjaan
akan dikerjakan penyedia jasa mulai dari menyediakan, memasang, dan memberi
pelatihan kepada staff perusahaan tentang OSS yang diterapkan.
5. OSS sebagai service enabler
OSS dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari perangkat
pemasaran. Perusahaan aplikasi proprietary tidak harus selalu meminta biaya
lisensi dari konsumennya untuk setiap produk yang mereka rilis. Mereka juga
dapat merilis versi Open Source dari aplikasi berbayar mereka dengan fungsi
yang diminimalisasi. Pengguna dapat mencoba dan memutuskan apakah ingin membeli
versi berbayar. Dengan cara ini perusahaan juga dapat memberi kesan kepada
publik bahwa mereka peduli akan dunia OSS sehingga memperlancar promosi produk
mereka untuk berikutnya.
6. Bundler
Model ini dilakukan dengan cara menjual aplikasi OSS
disertai dengan perangkat keras. Model ini biasanya diterapkan pada perangkat
keras yang memerlukan sistem operasi seperti pemutar multimedia dan komputer
lipat (laptop). Produsen perangkat keras akan membayar pengembang OSS untuk
mengembangkan OSS yang sesuai dengan perangkat keras mereka. Dengan demikian
produsen perangkat keras dapat menurunkan biaya produksi karena pengembangan
OSS lebih murah. Pengembang OSS dapat memanfaatkan berbagai modul, kernel dan
engine Open Source yang telah tersedia. Bahkan produsen komputer dapat langsung
memasukan OSS yang telah tersedia ke dalam produk mereka seperti Linux untuk perangkat
netbook dan notebook.
7. Merchandizing
Perusahaan memproduksi berbagai barang-barang yang berkaitan
dengan Open Source seperti baju, kaos, pin dan topi. Penggunaan logo Open
Source relatif lebih murah dibandingkan dengan logo produk Closed Source/Proprietary
(tergantung kesepakatan). Seiring dengan sosialisasi yang semakin gencar
dilakukan oleh pemerintah dan berbagai komunitas OSS, logo OSS semakin dikenal.
Contoh dari logo-logo OSS adalah Tux si penguin maskot Linux dan Rubah merah
api lambang dari Firefox.
8. Penulis buku/majalah
Model ini serupa dengan model bisnis jasa pelatihan selain
media penyampaian yang berbeda. Penulis buku dapat menerbitkan buku dengan
topik tentang OSS yang sedang diminati masyarakat. Majalah juga dapat menjadi
sarana informasi yang aktual untuk para pengguna OSS. Penerbitan majalah yang
membahas OSS telah dilakukan di Indonesia oleh InfoLinux (www.infolinux.co.id).
C. Model Bisnis yang Berpotensi
Berikut ini gagasan mengenai model bisnis yang cukup
berpotensi dengan memanfaatkan OSS,
1. Translator (penerjemah)
Kode sumber yang tersedia tertulis dalam bahasa pemogramman
yang digunakan untuk membangun aplikasi tersebut. Namun tidak semua orang
memiliki kemampuan pemahaman terhadap suatu bahasa pemogramman yang sama.
Pemahaman kode sumber diperlukan untuk tujuan pembelajaran atau pengembangan
aplikasi. Model bisnis ini dapat dijalankan oleh individu/kelompok yang
menguasai dua atau lebih bahasa pemogramman yang identik sehingga translasi
memungkinkan untuk dilakukan. Bahasa yang dapat ditranslasikan harus memiliki
karakteristik yang sama dengan bahasa yang dituju. Translasi dari kode dalam
bahasa DELPHI ke bahasa BASIC jelas tidak memungkinkan karena fungsi yang
tersedia tidak sama.
Dalam translasi kode sumber ditulis ulang dalam bahasa lain
dengan tetap mempertahankan algoritma, fungsi dan atribut yang lain. Selain itu
dengan translasi nilai guna suatu aplikasi Open Source juga akan lebih baik.
Contohnya mentranslasi kode sumber yang awalnya ditulis dengan bahasa C++ ke
dalam bahasa JAVA sehingga setelah dikompilasi aplikasi dapat digunakan pada
banyak lingkungan (cross-platform). Selain itu translasi dapat menghubungkan
antara pengembang yang menggunakan IDE (integrated development environment) OSS
dengan pengguna proprietary seperti antara pengguna Gambas
(www.gambas.sourceforge.net) dengan pengguna Visual Basic. Contoh aplikasi OSS
yang banyak memerlukan jasa translasi adalah engine permainan (game) meliput
engine untuk keperluan rendering 3D, rendering texture, model loader, sprite loader,
OpenGL library dan sebagainya sehingga dapat dikembangkan berbagai aplkasi
permainan dalam bahsa yang berbeda. Hal ini dikarenakan setiap bahasa
pemogramman memiliki kelebihan dan menjadi pilihan tersendiri yang diperlukan
dalam masing-masing pengembangan.
D. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN BISNIS OPEN SOURCE
Keuntungan Bisnis
Open Source
Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan dari bisnis Open
Source yang tidak dimiliki oleh bisnis proprietary,
Masa Depan Software Terjamin
OSS tidak bergantung penuh pada pembuatnya (programmer) atau
pada perusahaan asalnya. Ini bertentangan dengan konsep pada aplikasi
proprietary dimana bila programmer tersebut berhenti atau perusahaan gulung
tikar, maka kelangsungan aplikasi tersebut berhenti. Hal tersebut sangat
merugikan konsumen karena mereka kehilangan dukungan atas aplikasi yang telah
mereka bayar. Dalam OSS, kode sumber dimiliki oleh banyak orang dan
masing-masing dapat melakukan modifikasi dan peningkatan tanpa perlu bergantung
kepada pembuat atau perusahaan asal.
1. Modal Hemat
Bagi perusahaan yang ingin memproduksi suatu produk
aplikasi, mereka dapat memanfaatkan OSS sebagai modal awal dalam
pengembangannya. Hal ini menghindari development-from-scratch yang berarti
efisiensi waktu, tenaga dan biaya. Para Merchandizer pun merasakan manfaatnya
melalui ringannya biaya lisensi. Bahkan tidak semua OSS memerlukan biaya
lisensi bila akan dipergunakan untuk kebutuhan komersial. Ini bergantung pada
lisensi yang melekat pada OSS tersebut.
2. Menekan Biaya Promosi
Konsep OSS yang gratis dan bebas didistribusikan akan sangat
membantu promosi. Sebuah produk OSS yang berkualitas akan dicari dan setiap
orang yang telah memilikinya dapat mendistribusikan. Ini berarti produk akan
“mengedarkan dirinya sendiri” melalui proses peer-to-peer. Setiap orang dapat
mencoba dan menilai sendiri dengan mengeluarkan biaya yang rendah.
3. Kualitas dan Kinerja OSS Terus
Berkembang
Dengan hasil pola pengembangan OSS peer-review, kualitas dan
kinerja OSS selalu dapat ditingkatkan. OSS didukung oleh banyak komunitas
pemerhati dan pengembang di seluruh penjuru dunia dan juga bisnis OSS tidak
perlu bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya kerja mereka. Para komunitas
pengembang biasanya bekerja sukarela dan menerima donasi dari siapa saja. Hasil
kerja mereka dapat menjadi masukan bagi siapa saja dan bisnis OSS siap
memanfaatkannya.
4. Lokalisasi
OSS dapat dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi lingkungan
tertentu. Misalnya Linux yang ditranslasikan bahasa antar mukanya ke dalam
bahasa tertentu sesuai dengan tempat distribusi seperti distro IGOS. Dengan
adanya proses lokalisasi OSS akan semakin mudah diterima oleh masyarakat. Dalam
bisnis proses ini boleh dikerjakan boleh tidak. Namun bila dilakukan tentunya
menambah nilai jual produk yang dibuat/didistribusikan.
BAB 3
ANALISA
3.1 Metodologi
Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penulisan proposal
penelitian ini diantaranya adalah :
a. Metode
Literatur
Dalam metode literatur dilakukan dengan mengumpulkan data
dari buku dan internet yang mendukung penulisan proposal penelitian ini.
3.2 Cara
Penelitian Data
3.3 Cara
Pengumpulan Data
• Metode Mencari di
Internet : Dengan melakukan pencarian data di internet;
SUMBER:
http://blogs.itb.ac.id/djadja/tag/open-source/